Hujan!

Aku susuri jalan ku di tengah derai hujan.. karena aku tak ingin engkau melihat.. bahwa saat ini aku menangis

Ketika

Betapa risaunya negeri ini, ketika tentara dan peluru senjata jadi kata-kata yang nyata

Bunga

Kamulah bunga yg mekar di taman hati indah rupawan parasmu menebarkan harum

Bersama

Saat teduh mataku meredup di sandaranmu.. sentuhlah keningku dengan ciuman indahmu

Prev Next

Lembaran Baru Anas Semangat Berantas Korupsi, Mengapa Baru Sekarang?


(Jakarta) - Malam Jumat 22 Februari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui juru bicaranya Johan Budi, menetapkan AU Ketua Umum Partai jawara Pemilu 2009 menjadi tersangka penerima suap dalam kasus Hambalang.

Penetapan ini mengalirkan sejumlah apresiasi terhadap badan pimpinan Abraham Samad itu karena sebelumnya telah beredar kabar dari kicauan Muhammad Nazaruddin kalau AU menjadi salah seorang yang diduga turut beramai-ramai memakan uang rakyat di proyek Hambalang sekaligus sepintas meredam isu mengenai bocoran surat perintah penyelidikan (Sprindik) yang sempat beredar dan menjadi polemik publik atas nama AU.

Arus dukungan publik pun terus menguat ketika masyarakat menuntut Anas agar dirinya bersedia untuk digantung di tugu monas sesuai dengan sumpah yang pernah dilontarkan ketika menanggapi teriakan Muhammad Nazaruddin yang kini tengah menjalani tahanannya di balik jeruji penjara KPK. "Satu rupiah Anas korupsi di proyek Hambalang, Anas siap digantung di Monas," tegasnya pada beberapa waktu saat diperiksa KPK sebagai saksi kasus Hambalang.

Penetapan status Anas menjadi tersangka di "Jumat Keramat" ini disambut hening oleh Putra Blitar ini. Aktivitas di kediaman Anas yang terletak di Jalan Laksa, Duren Sawit Jakarta Timur sontak terlihat ramai. Anas tidak langsung menanggapi penetapan itu tetapi hanya menerima kunjungan dari beberapa "elite" dari partai berlambang mercy itu dan sejumlah tokoh-tokoh lain yang memberikan dukungan moral pada dirinya.

Sabtu 23 Februari, di Kantor DPP Partai Demokrat Salemba Jakarta Pusat, Anas Urbaningrum akhirnya bertutur. Anas secara tegas mengatakan dirinya tidak terlibat dalam kasus Hambalang dan mengakui kalau penetapan dirinya hanyalah sebuah rekayasa.
Mantan Ketua Umum PB HMI itu  mencurigai dalam kasus penetapan dirinya sebagai tersangka oleh KPK ada sebuah rekayasa.

Ia meyakini bahwa kebenaran lebih tinggi daripada rekayasa. "Kebenaran lebih tinggi pangkatnya daripada rekayasa. Sekuat dan sehebat apapun bisa dikalahkan," tegas Anas saat konferensi pers di DPP Partai Demokrat itu. Dalam perspektif ini, pernyataan AU tentang dirinya sebagai korban rekayasa seolah membuka tabir tentang adanya proses rekayasa dalam berbagai hal selama ini di dalam tubuh Partai demokrat. Bisa saja asumsinya adalah bahwa, selama ini telah ada rekayasa soal Hambalang, soal Century, soal ini, soal itu yang dilakukan rezim.

Pertanyaannya adalah, apakah Partai Demokrat bersama AU ikut menenun lembaran-lembaran rekayasa itu? Apakah AU turut diselimuti lembaran selimut rekayasa itu? Ataukah kisruh ini hanyalah awal sebuah rekayasa baru? Kita tunggu bersama, saatnya lembaran itu dibuka nanti. Karena AU katakan "Hari ini saya nyatakan ini baru halaman pertama, masih banyak halaman-halaman berikutnya dan kita akan baca bersama-sama untuk kebaikan bersama, dalam kondisi apapun akan berkomitmen dan berihktiar untuk masa depan politik kita. Jadi ini bukan tutup buku, ini pembukaan halaman pertama," papar Anas.

Sebelumnya Anas juga mengatakan, bahwa dirinya baru menyadari akan menjadi tersangka setelah Ketua Majelis Tinggi dalam siaran persnya di Cikeas, mengatakan bahwa, kewenangan Anas sebagai Ketua Umum akan diambil alih oleh Majelis Tinggi. Selanjutnya Anas fokus dalam kasus hukum yang tengah dihadapinya. "Kalau benar katakan benar, kalau salah katakan salah," ujar SBY yang meminta ketegasan KPK mengenai status hukum Anas beberapa waktu lalu di Cikeas, Bogor Jawa Barat.

AU akhirnya sadar, ia kini ditinggalkan. Ia dianggap bukan lagi teman seperjalanan. Ia adalah lawan yang harus disingkirkan. Kebersamaan Anas dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menjadi patron di Demokrat berakhir tragis. Dua sahabat yang pernah seperjalanan akhirnya berpisah, sekalipun beberapa hari yang lalu, Anas memuji-muji pidato SBY dengan kata "TOP" pada Rapimnas Partai Demokrat di Hotel Sahid Jakarta.

Konferensi Pers Anas di Sabtu siang ini langsung disusul dengan pengunduran diri dari jabatan Ketua Umum DPP Partai Demokrat serta diikuti pengunduran diri para loyalis AU. Belakangan diketahui dari Saan Mustofa bahwa Anas mundur pula dari keanggotaan Partai Demokrat.

Genderang perlawanan terhadap SBY mulai ditabuh dengan simpati dari sejumlah elit politik dan pesohor negeri seperti Hari Tanoesoedibjo, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, Akbar Tanjung, Fahmi Idris serta politisi Partai Hanura Yuddy Chrisnandi dan Politisi Partai Golkar Priyo Budi Santoso dan Ade Komarudin. AU menyatakan akan buka-bukaan mengenai kasus di Pemilu 2004 dan 2009, Kasus bailout Bank Century, serta salah satu dinasti politik yang bermasalah.

Pengakuan AU ditunggu oleh kita semua termasuk rekan-rekan separtainya dahulu seperti Ruhut Sitompul dan Marzuki Alie. Ruhut Sitompul menantang mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum membongkar kasus Bank Century. Ruhut meminta Anas jangan hanya mengancam seperti anak kecil. "Buka saja, jangan gertak sambal. Anas bagiku tetap anak kecil," kata Ruhut di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (26/2). Anggota Komisi III DPR RI itu pun mempersilahkan Anas membaca lembaran-lembarannya. "Bisa dibayangkan sudah jadi tersangka mau bongkar. Kalau mau justice collaborator dari awal-lah," kata Ruhut.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie juga menantang Anas Urbaningrum untuk buka-bukaan jika memang memiliki informasi yang perlu dibongkar terkait internal partai berlambang mercy tersebut. “Bukan berarti kita menutupi hal-hal yang tidak baik. Kalau ada yang pantas untuk dibongkar, silahkan. Tidak perlu khawatir,” kata Marzuki Alie di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (26/02).

Namun sikap “satria” Anas ini juga menimbulkan tanda tanya besar. Mengapa sikap heroiknya baru muncul saat dirinya menjadi seorang tersangka? Apakah Anas memang murni mau membongkar bobroknya lingkaran gurita korupsi dan berbagai skandal besar di tanah air? Ataukah Anas marah dan sedang galau?

Sebagai mantan aktivis, AU mungkin merasa telah dicederai, dikhianati dan ditinggalkan. Mungkin pula AU sadar kini, ia hanyalah jalan lain dari sebuah tujuan. Tapi nyanyian AU tentang kebobrokan di negeri ini patut kita tunggu bersama. Ada apa dengan Anas yang galau saat ini? Mengapa sekarang ingin bernyanyi setelah lehernya terserang radang? Kita tunggu bersama halaman berikut. Entah kapan.

Leave a Reply